Meski selama ini masih dianngap sebagai proyek impian, namun PT Mass Rapid Transit (MRT) jakarta tetap mengembangkan sarana transpurtasi massal sistem monorel. Menurut direksi kemajuannya sudah semakin terarah dan program tahun 2010 dan 2011 Pemprov DKi jakrta telah, sedang akan membebaskan lahan untuk pembangunan proyek tersebut.
Ini bukan impian, tapi proyek jangka panjang yang nantinya menjadi sarana transportasi modern masyarakat jakarta. Memang kabarnya proyek ini sudah di gagas sejak tahun 1986 hingga saat ini belum terealisasi. Namun berdasarkan perencanaan Pemprov DKI, pembangunan subway tahap pertama antara Lebak Bulus dan bunadaran Hotel Indonesia sepanjang 23 km di mulai tahun 2012 dan siap beroprasi tahun 2016," Dirut PT MRT Jakarta yang mengatakan hal tersebut. Untuk pembangunan tahap pertama dari Lebak Bulus - Dukuh Atas Mentengsepanjang 19 km anngarannya sudah ada, kemudian terjadi perubahaan, dari Dukuh atas ke Bundaran HI, maka anggarannya sedang di persiapkan. "Diharapkan semua rencana ini dapat direalisasi sesuai target." ujar Tribudi didamingi jajaran direksi dan Khaumas Thomas Sitorus. PT MRT jakarta yang sejak 2008 dipercaya Pemprov DKI untuk mengembangkan proyek punya komitmen tinggi untuk mewujudkan sarana transportasi monorel yang terdiri dari tujuh stasiun di atas tanah dan sisanya di bawah. "Proyek ini sangat efektif untuk mengatasi masalah kemacetan di jakarta yang makin hari makin parah.
Dari semua informasi yang ada diatas itu , saya sih ngak berharap banyak apakah itu akan terjadi atau tidak. Tapi ya mudah - mudahan sih ngak cuma omongan dari para orang Bapak yang terlibat dengan proyek tersebut. Saya mendoakan agar proyek pembangunan subway tersebut cepat direalisasi dan di garap, agar ada solusi penanganan kemacetan di Jakarta.
Meningkatkan pengamanan dan ketertiban, kawasan monas akan di pasangi delapan kamera CCTV ( Closed - Circuit Television ). Anggaran Rp1,7 miliar telah mengucur untuk proyek pemsangan CCTV di kawasan yang juga iconnya kota jakarta.
"Proyek siap di laksanakan dan awal Desember CCTV sudah terpasang", Jelasa kepala seksi sistem informasi Sudin Kominfomas. Tahapan pemasanagan telah dimulai dengan pertemuan antara Sudin Kominfomas selaku pengelola anggaran dengan pemenang tender. Setelah itu akan di tentukan titik pemasangan tiang penyangga di empat sudut terluar dari kawasan Taman Monas dengan masing - masing dua kamera. 'Di harapkan dengan adanya CCTV akan dapat mendeteksi segala hal yang terjadi di kawasan Monas," ujarnya. PANTAU AKTIFITAS
Kamera CCTV tersebut dapat memantau aktifitas dari setiap arah karena dapat berputar. Tampilan atau gambar antara kamera satu dengan yang lainnya bisa terlihat, dengan tujuan untuk menjaga kamera dari tangan - tangan jahil. Kamera juga akan di lengkapi dengan alat pengeras suara, sehingga bisa langsung memberikan perungatan atau tindakan lain yang bisa menimbulkan efek jera bagi pelakunya. Misalnya jika ada yang membang sampah sembarangan.
Kita selalu saja tercengang jika melihat seorang anak bocah yang berperang melawan kelaparan untuk bertahan hidup. Kenapa ya peramasalahan ini masih saja timbul di Negara kita ?
Tidakah kalian merasa iba dengan mereka yang rata – rata masih berusia kurang lebih 9 – 12 tahun , mereka berusaha sepenuh hati demi mendapatkan keinginan yang bagi kalian, kalian anngap itu mudah untuk di dapatkan, tetapi yang bagi mereka untuk mendapatkan itu butuh suatu perjuangan yang sangat keras dan tetesan keringat yang mengalir dengan derasnya, belum lagi caci atau makian dari orang - orang yang kontra dengan adanya mereka. Padahal tertuli di UUD’45 BAB XIV Pasal 34 tentang PEREKONOMIAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL, di katakan di situ bahwa, fakir miskin dan anak – anak yang terlantar dipelihara oleh Negara. Tapi kenyataan, masih ada saja anak – anak yang terlantar yang saya sudah sebutkan tadi di atas. Saya bukannya ingin menyinggung soal kinerja dari pemerintah loh !!! memang sih di undang – undang dasar di tulis bahwa yang menanggung anak - anak tersebut ialah Negara, tapi ini kan masalah social jadi semuanya juga harus peduli terhadap mereka.!!!
Bantulah mereka dengan cara semampu kita membantu, ulurkan tangan kita untuk mereka yang ada di sana. Yang terpenting jika suatu saat kita temukan lagi anak – anak itu kita tidak perlu mencaci mereka…..
Pengumpulan data Sensus Penduduk 2010 telah mencapai 90 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan penduduk Indonesia akan mencapai 240 juta. Jumlah tersebut lebih tinggi dari perkiraan semula 235 juta.
Kepala BPS, Rusman Heriawan mengatakan, perubahan tersebut setelah memasukkan komponen migrasi penduduk yang tidak ikut dihitung dalam perkiraan sebelumnya.
‘’Kalau sensusnya sendiri sudah kita prediksi bakal bertambah menjadi 235 juta. Tapi karena ada faktor tadi (migrasi) bisa (bertambah) 5 juta, atau bisa jadi 240 juta. Mudah-mudahan tidak lebih dari itu,’’ kata Rusman usai pembukaan Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta Convention Center, kemarin (24/5).
Jika jumlah penduduk mencapai 240 juta, telah terjadi penambahan jumlah hingga 20 juta penduduk dalam sepuluh tahun.
Rusman menjelaskan, proyeksi awal penduduk 2010 mencapai 235 juta. Namun ada beberapa kecenderungan beberapa perkembangan penduduk kabupaten/kota beberapa yang di luar perkiraan, karena faktor migrasi.
‘’Memang dalam proyeksi kita biasanya parameternya sangat lemah,’’ kata Rusman.
Rusman mengatakan, perkembangan otonomi daerah telah menggeser peta penduduk Indonesia. Sebab, saat ini terus bermunculan daerah-daerah berkembang baru. Selama ini, yang terdeteksi dalam proyeksi penduduk adalah kelahiran dan kematian. ’’Kalau migrasi itu kan sangat instant terjadi akibat kebijakan pemerintah. Misalnya karena otonomi daerah, pembangunan pusat-pusat pertumbuhan,’’ ujar Rusman.
Rusman berharap jumlah penduduk dalam hasil akhir Sensus tidak lebih dari 240 juta. ’’Kalau lebih dari itu, tentunya akan jadi pertanyaan, ada apa dengan pertumbuhan penduduk kita. Apa karena memang KB (Keluarga Berencana) mulai lupa,’’ katanya.
Rusman mengatakan, hasil sensus akan digunakan untuk membuat proyeksi pasca sensus. Ini untuk menyusun prrogram dan kebijakan seperti ketahanan pangan. ’’Kan tidak bisa kita bicara ketahanan pangan dengan menggunakan data yang sekarang. Tapi harus proyeksi ke depan, jumlah penduduk 10 tahun kemudian,’’ katanya.
Di Istana Wapres, Mendagri Gamawan Fauzi mengatakan, ledakan jumlah penduduk tersebut merupakan indikasi program KB yang kurang berjalan dengan baik di daerah.
’’Ada juga keluhan dari BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional), bahwa organisasi KB di daerah (hanya) jadi kepala seksi, padahal dulu kepala kantor,’’ kata Gamawan. Bahkan, lanjut Gamawan, ada juga yang hanya setingkat kepala sub seksi atau belum terbentuk sama sekali.
Perkembangan Penduduk Indonesia
Penduduk atau warga suatu negaraatau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
Orang yang tinggal di daerah tersebut
Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu Demografi. Berbagai aspek perilaku menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi, dan geografi. Permasalahan kependudukan yang ada di Indonesia ini umumnya tergolong sangat riskan. Pasalnya dari permasalahan yang ada sekarang akan timbul nantinya sebab – sebab negative yang akan merugikan Negara kita ini yaitu, Indonesia.
Oleh sebab itu di perlukan penanganan permasalahan yang serius dalam permasalahan kependudukan yang ada pada saat sekarang ini. Agar Negara kita tidak menanggung cukup banyak kerugian
Perkembangan Penduduk Dan Lingkungan
Populasi manusia adalah ancaman terbesar dari masalah lingkungan hidup di Indonesia dan bahkan dunia. Setiap orang memerlukan energi, lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup. Kalau populasi bisa bertahan pada taraf yang ideal, maka keseimbangan antara lingkungan dan regenerasi populasi dapat tercapai. Tetapi kenyataannya adalah populasi bertumbuh lebih cepat dari kemampuan bumi dan lingkungan kita untuk memperbaiki sumber daya yang ada sehingga pada akhirnya kemampuan bumi akan terlampaui dan berimbas pada kualitas hidup manusia yang rendah.
Antara 1960 dan 1999, populasi bumi berlipat ganda dari 3 milyar menjadi 6 milyar orang. Pada tahun 2000 populasi sudah menjadi 6.1 milyar. PBB memprediksi bahwa populasi dunia pada tahun 2050 akan mencapai antara 7.9 milyar sampai 10.9 milyar, tergantung ada apa yang kita lakukan sekarang. Dapatkah anda bayangkan berapa banyak bahan pangan, lahan untuk pertanian, lahan untuk perumahan, dan barang konsumsi lainnya yang dibutuhkan oleh penduduk yang begitu banyak?
Dengan tingginya laju pertumbuhan populasi, maka jumlah kebutuhan makanan pun meningkat padahal lahan yang ada sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, maka hutan pun mulai dibabat habis untuk menambah jumlah lahan pertanian yang ujungnya juga makanan untuk manusia. Konversi hutan menjadi tanah pertanian bisa menyebabkan erosi. Selain itu bahan kimia yang dipakai sebagai pupuk juga menurunkan tingkat kesuburan tanah. Dengan adanya pembabatan hutan dan erosi, maka kemampuan tanah untuk menyerap air pun berkurang sehingga menambah resiko dan tingkat bahaya banjir.
Perkembangan urbanisasi di Indonesia perlu dicermati karena dengan adanya urbanisasi ini, kecepatan pertumbuhan perkotaan dan pedesaan menjadi semakin tinggi. Pada tahun 1990, persentase penduduk perkotaan baru mencapai 31 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 2000 angka tersebut berubah menjadi 42 persen. Diperkirakan pada tahun 2025 keadaan akan terbalik dimana 57 persen penduduk adalah perkotaan, dan 43 persen sisanya adalah rakyat yang tinggal di pedesaan. Dengan adanya sentralisasi pertumbuhan dan penduduk, maka polusi pun semakin terkonsentrasi di kota-kota besar sehingga udara pun semakin kotor dan tidak layak.
Kota-kota besar terutama Jakarta adalah sasaran dari pencari kerja dari pedesaan dimana dengan adanya modernisasi teknologi, rakyat pedesaan selalu dibombardir dengan kehidupan serba wah yang ada di kota besar sehingga semakin mendorong mereka meninggalkan kampungnya. Secara statistik, pada tahun 1961 Jakarta berpenduduk 2,9 juta jiwa dan melonjak menjadi 4,55 juta jiwa 10 tahun kemudian. Pada tahun 1980 bertambah menjadi 6,50 juta jiwa dan melonjak lagi menjadi 8,22 juta jiwa pada tahun 1990. Yang menarik, dalam 10 tahun antara 1990-2000 lalu, penduduk Jakarta hanya bertambah 125.373 jiwa sehingga menjadi 8,38 juta jiwa. Data tahun 2007 menyebutkan Jakarta memiliki jumlah penduduk 8,6 juta jiwa, tetapi diperkirakan rata-rata penduduk yang pergi ke Jakarta di siang hari adalah 6 hingga 7 juta orang atau hampir mendekati jumlah total penduduk Jakarta. Hal ini juga disebabkan karena lahan perumahan yang semakin sempit dan mahal di Jakarta sehingga banyak orang, walaupun bekerja di Jakarta, tinggal di daerah Jabotabek yang mengharuskan mereka menjadi komuter.
Pada akhirnya, pertumbuhan populasi yang tinggi akan mengakibatkan lingkaran setan yang tidak pernah habis. Populasi tinggi yang tidak dibarengi dengan lahan pangan dan energi yang cukup akan mengakibatkan ketidakseimbangan antara supply dan demand yang bisa menyebabkan harga menjadi mahal sehingga seperti yang sedang terjadi sekarang, inflasi semakin tinggi, harga bahan makanan semakin tinggi sehingga kemiskinan pun semakin banyak. Semakin menurunnya konsumsi masyarakat akan menyebabkan perusahaan merugi dan mem-PHK karyawannya sebagai langkah efisiensi, sehingga semakin banyak lagi kemiskinan.
Jadi, kita mudah saja bilang, kapan negara kita bisa swasembada? Apa bisa kalau masih mau punya banyak anak? Bagaimana dengan masa depan anak cucu kita kalau lahan sudah tidak tersedia, tanah rusak akibat bahan kimia, air tanah tercemar dan bahkan habis sehingga tidak bisa disedot lagi? Bagaimana kita mau menghemat makanan dan air kalau populasi terus berkembang gila-gilaan?
Krisis pangan sudah dimulai di seluruh dunia. Harga semakin melejit dan pada akhirnya bukan karena kita tidak mampu membeli makanan, tetapi apakah makanan itu bisa tersedia. Kalau bukan kita yang bertindak dari sekarang, masa depan anak dan cucu kita bisa benar-benar hancur sehingga kita yang berpesta pora pada saat ini baru akan merasakan akibatnya nanti.
Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat pendidikan
Pertumbunah penduduk yang terus meningkat di Indonesia mengakibatkan menahan lajunya tingkat pendidikan. Dapat kita ambil suatu contoh dari sebuah keluarga yang kurang mampu misalnya, mereka mempunyai beberapa orang anak yang seharusnya masih melanjutkan tingkat pendidikan di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, tapi apa daya karena tidak memiliki cukup banyak uang untuk menyekolahkan anak mereka tersebut, akhirnya anak mereka terpakasa putus sekolah. Coba saja anda bayangkan jika permasalahan ini terjadi pada sebagian warga atau penduduk yang ada di Indonesia ?
Pastinya akan banyak anak anak Indonesia, masa depan Indonesia yang harus hilang sia – sia begitu saja..!!! untuk itu pemerintah di harapkan mengatsi permasalahan tingkat pendidikan untuk warga yang kurang mampu. Bagi mereka yang ekonominya berkecukupan, tentunya tenang saja, tak perlu ketakutan anak meraka apakah akan putus sekolah. Masalah seperti ini akan sangat berakibat buruk bagi kemajuan Negara Indonesia sendiri, karena nantinya anak - anak tersebutlah yang akan meneruskan kemajuan Negara Indonesia ini. Untuk itu segala sesuatunya harus di tinjau agar terlihat semua kenyataan -kenyataan yang masih terlihat suram.
Pertumbuhan Penduduk dan Kelaparan Serta Kemiskinan dan Keterbelakangan
Padatnya suatu penduduk yang ada di suatu tempat atau daerah membuat lapangan pekerjaan yang ada di tempat tersebut susah untuk di dapatkan.
Lagi – lagi permasalahan kepadatan penduduk menjadi suatu mimpi buruk untuk suatu Negara, jika Negara tersebut tidak dapat menanganinya. Karena, jika kita amabil suatu contoh permasalahan yang ada di atas tersebut, akan mengakibatkan hal yang sangat menyedihkan bagi merekayang mendapatkan masalah tersebut. Contoh jika padatnya penduduk di suatu tempat sudah cukup melebih kapasitas yang di tentukan maka hal ini akan menutup lapangan pekerjaan yang ada di temapat tersebut. Hal ini akan mengakibatkan banyaknya pengangguran yang tidak dapat mendapatkan lapangan pekerjaan. Orang yang tidak mendapatkan lapangan pekerjaan tersebut akan kesulita dalam menyambung hidup merka. Tentunya mereka akan mengalami kemiskinan, jika dia sudah mendapatkan kemiskinan akan timbul lagi permasalahan untuk dia yaitu kesulitan untuk mencari makanan ( kelaparan ). Jika sudah seperti ini maka akan terjadi keterbelakangan dalam segala hal untuknya. Apakah hal yang seperti ini masih di bilangADIL ???????
Tentunya permasalahan – permasalahan seperti ini harus lekas di carikan solusinya. Jika tidak kasihan mereka – mereka saudara kita yang telah lama mengalami permasalahan yang konyol tersebut. Kita ini Indonesia Negara yang berdiri di landasi atas lima dasar yaitu Pancasila, salah satunya, kemanusianyang ADIL dan beradab. Untuk itu tuntaskan permasalahan keadilan untuk rakyat.
Sejarah awal kehidupan Gajah Mada tidaklah begitu jelas. Namun, Encarta Encylopedia berani memperkirakan Gajah Mada lahir tahun 1290 M. Jadi, ia lahir dan besar tatkala terjadi transisi antara kekuasaan Raden Wijaya kepada Jayanagara. Pembacaan atas tokoh Gajah Mada kerap dihubungkan dengan dimensi supernatural. Ini sulit dihindari, oleh sebab masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, memang menilai tinggi dimensi tersebut. Berdasarkan petunjuk spiritual menyebutkan bahwa Gajah Mada merupakan anak pertama dari pasangan Si Jawangkati dengan Lailan Mangrani. Sijawangkati merupakan pembantu Si Malui dan adiknya bernama Si Baana dan sebagai manusia yang kedua datang di pulau Buton. Si Jawangkati dating ke pulau Buton menemani Si Malui dan Si Baana pada hari bulan sya’ban tahun 634 Hijriah dengan menumpangi behtera kapal bernama “Popanguna” berbenderakan Buncaha yakni bendera dengan motif warna kuning hitam selang-seling yang tak lain adalah bendera kerajaan asal leluhurnya dari daerah Bumbu negeri Melayu Pariaman. Pada akhir tahun 1236 M, Si Jawangkati beserta tuannya terdampar di sebelah utara timur laut Buton yakni “kamaru” dengan bentengnya bernama “Wonco”. Si Jawangkati dengan memimpin rombongan kecil berpamitan dengan Si Malui dan Si Baana untuk mencari daerah hunian baru dan setelah ditemukan hunian ini bernama “Wasuembu”. Setelah menemui tempat baru ini Si Jawangkati langsung membuat perkampungan serta benteng pertahanan bernama “Koncu” di Wabula. Tak lama berselang kedatangan Si Jawangkati di pulau Buton, maka datanglah serombongan para anak-anak bangsawan dari pulau Jawa. Anak-anak bangsawan tersebut tak lain adalah Raden Sibahtera, Raden Jutubun dan Lailan Mangrani yang merupakan anak-anak dari Raden Wijaya sebagai Raja Mataram sebelum gabung dengan Majapahit. Kedatangan ketiga anak-anak Raden Wijaya tersebut bukan tidak beralasan, mereka dating atas petunjuk ghaib yang diterima oleh dukun atau penasehat istana kerajaan Majapahit untuk memerintahkan anak-anak Raden Wijaya tersebut mencari suatu pulau yang terdapat di Wilayah Timur Nusantara bernama pulau Buton. Setelah menemui pulau Buton ketiga anak-anak Raden Wijaya diperintahkan untuk membangun Bandar perniagaan. Kedatangan putra putrid Raja Majapahit itu menggunakan dua Armada antara lain satu armada dipimpin oleh Raden Sibahtera dengan adiknya Lailan Mangrani disertai dengan 40 pengikutnya, sedangkan armada yang satu dipimpin oleh Raden Jutubun beserta 40 pengawalnya. Kedua armada tersebut masing-masing membawa bendera leluhurnya yang dipasang diburitan kapal dengan warna bendera merah putih dan bendera ini dinamai “dayialo”. Kedua armada ini setelah tiba di laut Buton selanjutnya disambut oleh Si Jawangkati dan Si Tamanajo di teluk Kalampa tempat kedua armada tersebut berlabuh. Tak lama berselang beberapa tahun kemudian setelah Raden Sibahtera telah dinobatkan menjadi Raja Pertama Buton dengan permaisurinya bernama gelar Wa Kaa Kaa atau nama aslinya Mussarafatul Izzati Al Fakhriy, maka kawinlah Si Jawangkati dengan Lailan Mangrani. Hasil dari perkawinan Sijawangkati dengan Putri Raden Wijaya di pulau Buton ini membuahkan 3 (tiga) orang anak, yakni 2 (dua) laki-laki dan 1 (satu) perempuan. Nah..., anak pertama Si Jawangkati bersama Lailan Mangrani ini adalah seorang bayi yang cukup besar dan berparas jelek dan diberi nama Gajah Mada. Mulai umur 3 tahun Gajah Mada ini memiliki kelebihan-kelebihan luar biasa baik secara kekuatan fisik maupun instinksi dan setelah usia mencapai 7 tahun maka dilatihlah oleh ayahnya ilmu kanukragan dan ilmu kesaktian. Perlu diketahui bahwa Si Jawangkati ini adalah seorang amat sakti dari asal keturunan para wali negeri melayu. Kemudian setelah ilmu kanukragan dan ilmu kesaktian telah diturunkan oleh ayahandanya kepada Gajah Mada, genap usia 15 tahun Gajah Mada di bawalah ke pulau Jawa oleh ibunya Lailan Mangrani untuk membantu Raden Wijaya dalam kesulitan melawan para pemberontak asal dari dalam lingkungan kerajaan Majapahit. Disanalah awal kisah Patih Gajah Mada dalam peranannya membantu neneknya sendiri yakni Raden Wijaya untuk memberantas para penjahat dalam lingkungan dalam kerajaan. Leo Suryadinata menulis, Gajah Mada mengandalkan intelijensi, keberanian, dan loyalitas dalam meraih mobilitas vertikalnya. Karirnya lanjutannya adalah kepala pasukan Bhayangkara, pasukan penjaga keamanan Raja dan keluarganya. Raja yang menjadi junjungannya saat itu adalah Jayanagara yang berkuasa di Majapahit sejak 1309-1328 M. Menjadi mungkin, Gajah Mada telah meniti karir militer sejak kekuasaan Raden Wijaya, raja pertama Majapahit, dan sedikit banyak memahami spirit pemerintahannya. Jayanagara ini adalah putra pasangan Raden Wijaya dengan seorang putri Sumatera (Jambi) bernama Dara Petak. Sebab itu, darah yang mengalir di tubuh Jayanagara bukanlah pure Jawa. Anggapan yang relatif rasis ini merupakan fenomena sebuah kancah politik hegemoni dalam kekuasaan aneka suku bangsa tatkala itu. Buktinya, pernah tahun 1316 M muncul pemberontakan Nambi yang menurut gimonca.com muncul akibat sentimen "darah" Jaya Nagara tersebut. Meski pemberontakan itu berhasil dipadamkan, seolah sesuatu yang laten (faktor rasisme) 'menyala' dalam politik Majapahit ini. Tatkala Gajah Mada jadi kepala pasukan Bhayangkara, meletus pemberontakan Ra Kuti, salah satu pejabat istana tahun 1319 M. Pemberontakan ini cukup menohok, oleh sebab si pemberontak mampu menduduki ibukota. Jayanagara berikut istri Raden Wijaya dan putrinya (Tribhuwanattungadewi, Gayatri, Wiyat, dan Pradnya Paramita) mengungsi ke Bedander. Selaku kepala pasukan keamanan, Gajah Mada memastikan keamanan raja dan keluarga. Setelah dinyatakan save, ia berbalik ke ibukota guna menyusun serangan balasan. Ia meneliti kesetiaan rakyat dan pejabat Majapahit kepada Raja Jaya Nagara dengan memunculkan isu keterbunuhan raja. Menurut anggapannya, raja dan sebagian besar pejabat Majapahit menyayangkan kematian raja dan membenci perilaku Ra Kuti. Atas dasar ini, Gajah Mada menyusun serangan balasan secara kemiliteran, dan berhasil membalik keadaan. Pemberontakan Kuti pun dipadamkan. Raja dan keluarganya kembali ke ibukota. Kebijakan Jayanagara ditopang oleh kemampuan politik Arya Tadah, mahapatih Majapahit. Fokus kebijakan raja dan mahapatih ini adalah stabilitas politik dalam negeri. Jadi, Majapahit belum lagi melakukan penaklukan ke pulau-pulau "luar" Jawa. Ini mengingat Gajah Mada belum memegang peran penting di dalam pembuatan keputusan politik level negara. Atas jasanya memadamkan pemberontakan Kuti, Jayanagara menaikan status Gajah Mada dari sekadar komandan pasukan Bhayangkara menjadi menteri wilayah (patih) dua daerah kekuasaan Majapahit: Daha dan kemudian, Jenggala. Posisi tersebut cukup berpengaruh mengingat dua wilayah tersebut diwenangi oleh putri Tribuwanattunggadewi (Daha) dan Dyah Wiyat (Jenggala), dua saudari tiri Jayanagara. Jayanagara sendiri belumlah memiliki putra laki-laki selaku penerus tahta. Bukti mengenai hal ini, seperti ditulis Heritage of Java, sebuah enskripsi bernama Walandit menceritakan gelar Gajah Mada dalam kekuasaan barunya itu adalah Pu Mada. Wilayah yang diwenangi kepatihan Gajah Mada adalah Jenggala-Kediri yang meliputi Wurawan dan Madura. Loyalitas Gajah Mada terhadap Jayanagara tidaklah tetap. Versi cerita seputar perubahan loyalitas tokoh ini pada rajanya, paling tidak ada tiga. Seluruhnya berorama motif pribadi. Pertama, dari Charles Kimball yang menulis, loyalitas Gajah Mada terhadap Jaya Nagara mengalami titik balik tatkala raja mengambil istri Gajah Mada selaku haremnya. Kedua, Kitab Negara Kertagama olahan Empu Prapanca menulis, perubahan loyalitas Gajah Mada akibat mulai jatuh hatinya Raja Jayanagara terhadap dua saudari tirinya: Tribuwanattunggadewi dan Dyah Wiyat. Empu Prapanca ini akrab dengan Gajah Mada sendiri. Ketiga, novelis Langit Kresna Hariyadi, yang menulis loyalitas Gajah Mada terhadap Jayanagara berubah akibat kekhawatian Gajah Mada atas mulai berubahnya sikap raja terhadap Tribhuwanattunggadewi. Ketiga asumsi tersebut melatarbelakangi proses meninggalnya Raja Jayanagara tahun 1328. Versi meninggalnya Jayanagara pun berlatar belakang loyalitas Gajah Mada pada Jayanagara. Versi Kimball menyatakan, Gajah Mada menskenario pembunuhan atas Jaya Nagara dengan memanfaatkan tangan Ra Tanca, tabib istana. Tanca dipaksa membunuh Jaya Nagara akibat suruhan Gajah Mada dalam suatu proses pembedahan atas diri raja. Versi ini didukung pula oleh pendapat Leo Suryadinata, yang juga menulis kekecewaan Gajah Mada akibat istrinya diambil oleh raja sebagai motif asasinasi. Setelah raja meninggal, Gajah Mada menuding Tanca ini telah membunuh raja dan ia pun dieksekusi mati olehnya sendiri. Peristiwa 1328 M ini menggambarkan rumitnya politik pada aras Palace Circle. Kepentingan pribadi berbaur dengan nasib dan masa depan suatu negara. Pada masa terbunuh dan digantinya Jayanagara ini, Odoric dari Pordonone, pendeta ordo Fransiskan dari Italia mengunjungi Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Setelah terbunuhnya Jayanagara, Gajah Mada berkeras Tribhuwanattunggadewi dijadikan ratu Majapahit. Belum ditemukan bukti yang cukup seputar alasan kekerasan hati Gajah Mada atas penunjukan ini. Namun, dari analisis ras, Gajah Mada mungkin khawatir singgasana akan jatuh pada Arya Damar, keturunan Raden Wijaya dari istri yang asal Jambi. Sementara, Tribhuwanattunggadewi adalah putri keturunan Raden Wijaya asli pulau Jawa. Mungkin saja, opini yang muncul saat itu adalah putra asli atau bukan. Atau, dimungkinkan pula, dengan beralihnya kekuasaan pada ratu ini, Gajah Mada lebih leluasa dalam mengambil tindakan. Konflik suksesi ini terbukti dengan baru dilantiknya Ratu Tribhuwanattunggadewi tahun 1329, sekurang-kurangnya menurut Charles Kimball. Pemimpin perempuan Majapahit ini berkuasa sejak 1329 hingga 1350 M. Pada fase ini, Majapahit memulai fase penaklukannya. Mahapatih Arya Tadah pensiun tahun 1329 M, dan praktis posisi tersebut jatuh ke tangan Gajah Mada. Tribhuwanattunggadewi sangat mendukung program-program Gajah Mada. Tahun 1331 M meletus pemberontakan Sadeng dan Keta, di wilayah timur Pulau Jawa. Gajah Mada mengirim ekspedisi militer ke sana dan berhasil memadamkan pemberontakan wilayah tersebut. Ra Kembar, salah satu bangsawan dan pejabat Majapahit berusaha menutup jalan pasukan Gajah Mada ke wilayah Sadeng, baik secara politik maupun militer.
Gajah Mada Wafat
Beberapa referensi menyebutkan bahwa Gajah mada wafat tahun 1364 M, akibat diasingkan dan dihianati oleh Hayam Wuruk sebagai suatu buntut peristiwa BUBAT dimana Gajah Mada di singkirkan ke wilayah Madakaripura dan hidup Gajah Mada di wilayah itu asketis Terdapat sejumlah tulisan yang menyebut bahwa ia menderita sakit ataupun dibunuh oleh Raja Hayam Wuruk (Rajasanagara) sendiri yang khawatir akan pengaruh politik Gajah Mada yang sedemikian kuat di Majapahit. Penaklukan Majapahit usai. Setelah tragedi Bubat ini, Hayam Wuruk mengarahkan politiknya ke arah stabilitas dalam negeri. Memang muncul beberapa pemberontakan di pulau "luar" seperti dari Palembang, yang minta bantuan Kekaisaran Cina untuk mengimbangi kuasa Majapahit. Namun, begitu pasukan Cina datang ke Palembang, wilayah itu sudah ditangani pasukan Majapahit dan ekspedisi Cina itu pun diluluhlantakkan. Dalam pandangan spiritual penulis Gajah Mada tidak dibunuh oleh Hayam Wuruk, namun dia begitu melihat sudah tak ada lagi kepercayaan dari sang Raja, dia menggunakan taktiknya untuk menghilangkan diri dari wilayah pengasingannya dengan diam-diam dia berangkat dengan membawa pasukan atau prajuritnya yang setia sampai mati sebanyak 40 orang berlayar menuju negeri asal kelahirannya yakni pulau Buton. Setelah melalui perjalanan panjang dari pulau Sumatera menuju pulau Buton Gajah Mada dan rombongan prajuritnya melewati kepulauan tukang besi yang sekarang dikenal dengan Wakatobi. Perlu diketahui bahwa Gajah Mada adalah seorang sakti mandraguna sebagaimana kesaktian yang dimiliki oleh ayahnya Si Jawangkati sehingga dalam perjalannya pulau ke pulau Buton dia dituntun secara ghaib dan mendapatkan petunjuk-petunjuk spiritual. Oleh karena itu setelah melewati pulau Wangi-Wangi, Gajah Mada singgah dengan prajurit setianya sebentar disalah satu pulau kecil di bagian barat kepulauan Wangi-Wangi dengan memasang simbol-simbol disana. Pada saat rombongan Gajah Mada singgah di pulau ini dia disambut dengan baik oleh penghuni yang sudah lama mendiami pulau kecil ini diperkirakan pertengahan Abad XI yang tak lain adalah merupakan para hulubalang dan bajak laut (bajak laut tobelo). Para bajak laut di pulau ini terdiri dari sebagian besar adalah para prajurit Raja Khan yang berkuasa di Kamaru pertengahan abad IX dan sebagian asal Mingindanau, Papua, Tobelo, Lanun, Balangingi. Setelah beberapa saat Gajah Mada menyinggahi pulau kecil ini dalam pelariannya ke pulau Buton, akhirnya berdasarkan petunjuk ghaib, Gajah Mada memutuskan untuk wafat di pulau ini, sementara ke 40 prajurit setianya diperintahkan untuk melanjutkan perjalannya menuju pulau Buton dengan maksud agar kerahasiaan Maha Patih Gajah Mada yang amat sakti ini tetap terjaga. Gajah Mada akhirnya di pulau kecil sebelah barat wangi-wangi tersebut memutuskan untuk melakukan tapah brata didalam sebuah gua di wilayah Togo Mo'ori yang mana situasi gua tersebut didalamnya datar tembus ke laut dalam dan disanalah Maha Patih Gaja Mada meninggalkan alam maya padah ini dalam keadaan duduk bersemedi dengan salah satu bagian tangannya menggenggam cakram sebagai salah satu senjata andalannya. Bukti-bukti ontologisme dari salah seorang tua pertapa yang pernah menemukan Gajah Mada dalam gua ini pernah menkisahkan secara terbatas dalam kalangan keluarga tertentu di pulau wangi-wangi, karena ada rasa ketakutan luar biasa ketika melihat sosok orang tak bergerak dalam keadaan duduk bersemedi dalam sebuah bagian gua di pulau kecil tersebut. Selain itu bukti-bukti secara artifak sejarah yang belum terpublikasi dan hanya dikonsumsi dari kalangan metafisis penduduk salah satu desa yang terdapat di pulau wangi-wangi telah diriwayatkan oleh leluhurnya secara turun temurun adanya segumpal batu muncul kepermukaan laut ketika air laut surut dan batu ini dinamai batu Mada. Pengamatan secara spiritual setelah melalui pemantauan khusus secara metafisis, menunjukkan bahwa keberadaan batu Mada ini merupakan simbol yang sengaja dibuat oleh Gajah Mada, dimana dibawa batu tersebut diperkirakan merupakan penyimpangan sebuah selendang warna kuning yang konon dikisahkan sebagai selendang sakti.
Sedangkan ke 40 orang prajurit setianya berlabuh di Batauga salah satu wilayah pulau Buton terdekat dari kepulauan wangi-wangi, dan merekapun setelah tiba di wilayah ini tidak begitu lama berselang kemudian mencari sebuah gua yang lebar dan luas. Dan di dalam gua inilah ke 40 orang prajurit setia Maha Patih Gajah Mada melakukan semedi berbulan-bulan sampai mereka semua meninggal secara bersamaan dan terkubur secara alamiah di dalam gua ini. Keberadaan Gua ini di Batauga di kenal dengan nama Gua Mada tepatnya terdapat di desa Masiri, kampung Mada di Batauga pulau Buton. Berdasarkan kisah konseptual, spiritual dan ontologisme riwayat Maha Patih Gajah Mada, maka postulat dapat disimpulkan bahwa Gajah Mada merupakan anak pertama dari Si Jawangkati dengan ibu bernama Lailan Mangrani yang tak lain adalah anak perempuan dari Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit. Si Jawangkati adalah salah seorang mia patamiana wolio yang pada zamannya dia memiliki kesaktian yang luar biasa dan disegani dikalangan penguasa pada saat itu. Masih diperlukan penelitian secara aksiologis untuk menguak tabir kisah Maha Patih Gaja Mada yang penuh dengan misterius selama ini oleh para ahli antropolog budaya, ahli ethnologis, ahli arkiologis dan ahli sejarah guna mendapatkan suatu naskah sejarah Indonesia yang benar sekaligus mengangkat harkat dan martabat orang-orang buton pada zamannya.
Keberhasilan Gajah Mada memadamkan api pemberontakkan dari Sadeng dan Kuti,membawa Gajah Mada meraih karierdiangkat Mahapatih (Mangkubumi/Perdana Menteri). Gelar ini diberikan oleh Tribhuwana sebagai penghargaan atas jasa-jasanya pada Kerajaan Majapahit. Gajah Mada menggantikan Arya Tadah yang sebelumnya memegang gelar Mahapatih. Pada upacara penobatannya sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada mengumandangkan sumpah yang terkenal dengan sumpah palapa. Isi sumpah palapa kurang lebih “Lamun huwuskalah nusantara, isun amukti palapa” , atau dalam dalam bahasa Indonesia kurang lebih “Aku tidak akan makan buah palapa sebelum daerah di seluruh nusantara dipersatukan di bawah kekuasaan Majapahit”. Maksudnya kurang lebih adalah Gajah Mada tidak akan pernah menyentuh dan merasakan kenikmatan duniawi sebelum Gajah Mada dapat menyatukan seluruh nusantara di bawah panji Kerajaan Majapahit.
II.Sumpah Pemuda 1928
Banyaknya organisasi yang masih bersifat kedaerahan sangat menyulitkan para pemuda Indonesia untuk berkomunikasi. Untuk menyatukan semua elemen organisasi tersebut menjadi satu kesatuan utuh diadakan Kongres Pemuda Indonesia. Dalam masa penjajahan Belanda, kongres tersebut telah diadakan tiga kali. Pada 30 April-2 Mei 1926, berlangsung kongres pemuda pertama di Jakarta. Pada 27-28 Oktober 1928, di Jakarta berlangsung kongres pemuda kedua. Kongres ini dipelopori oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) sebuah organisasi pemuda yang beraggotakan para pelajar di seluruh tanah air. Rapat pertama konggres tersebut pada Sabtu, 27 Oktober 1928 diselenggarakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond Lapangan Banteng. Soegondo Djojopuspito selaku ketua PPPI dalam sambutannuya sangat berharap dengan adanya konggres pemuda dapat memperkuat semangat persatuan dalam jiwa para pemuda. Selanjutnya Mohamad Yamin merumuskan arti dan hubungan persatuan dengan pemuda yang menurutnya ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan bangsa Indonesia yakni sejarah, bahasa, hukum adapt, pendidikan, dan kemauan. Rapat kedua pada hari Minggu 28 Oktober 1928 di Gedung Oost Java Bioscoop membahas tentang pendidikan. Dalam pembicaran Poernomowoelan Sarmidi Mangoensarkoro didapat kesimpulan bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus ada keseimbangan antara pendidikan anak tersebut di rumah dan di sekolah. Selain itu anak juga harus mendapatkan pendidikan secara demokratis. Selanjutnya, dijelaskan pula pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan oleh Soenario. Ramelan juga mengatakan bahwa gerakan kepanduan tidak lepas dari nasionalisme. Akhirnya setelah menggadakan rapat di dapatkan hasil penting rapat yang kemudian dirumuskan oleh pemuda yang hadir. Rumusan itu terkenal dengan Sumpah Pemuda yang isinya “Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia.”. Sebelum dibacakan isi sumpah oleh para pemuda seabagai sumpah setia, terlebih dahulu dikumandangkan lagu Indonesia Raya oleh Wage Rudolf Supratman.
Kesimpulan, jadi anatara Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda memiliki suatu kesamaan tujuan dan arti dari tiap masing – masing isi sumpahnya yaitu, “bersatu”. Jika isi dari sumpah pemuda, mempersatukan seluruh umat yang ada di tanah air Indonesia, bersatu demi memperkuat rasa sosialisme di seluruh nusantara. Hanya saja isi dari Sumpah palapa adalah sumpah dari seoarang Gajah Mada yang ingin menyatukan seluruh nusantara di bawah kekuasaan kerjaan Majapahit.
Merekahnya matahari bulan Juni tahun 1945 disambut dengan lahirnya sebuah konsepsi kenegaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, lahirnya ideologi besar Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara yang berarti Pancasila berfungsi sebagai dasar yang mengatur pemerintahan suatu negara atau sebagai dasar aturan penyelenggaraan suatu Negara. Menurut Prof. Dr. Notonegoro, SH. Pancasila merupakan suatu norma hukum pokok atau pokok kaidah fundamental yang memiliki kedudukan tetap, kuat, dan tidak berubah.
Kedudukan pancasila sebagai sumber segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum dapat dijabarkannya suatu sistem dalam sturktur fungsi pancasila sebagai:
1.Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia.
2.pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945 dijabarkan dalam empat pokok pikiran.
3.Mewujudkan cita-cita sebagai dasar hukum yang tertulis maupun tidak tertulis.
4.Pancasila mengandung norma yang mengharuskan UUD 1945 dengan isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara yang lain termasuk para penyelenggara partai dan golongan fungsional memegang teguh cita-cita rakyat yang bermoral luhur.
5.Pancasila sebagi sumber semangat kebangsaan bagi UUD 1945, penyelenggara negara , pelaksana pemerintah, termasuk penyelenggara parati dan golongan fungsional.
Oleh karena itu, dengan semangat kebangsaan yang tinggi dan luhur itu dilandaskanlah suatu konsep kebangsaan yang diberi nama Pancasila. Lima sila yang berarti bangsa Indonesia.
II.KESAKTIAN PANCASILA
1 Oktober di Indonesia diperingati sebagai hari kesaktian pancasila. Peringatan Kesaktian Pancasila ini berakar pada sebuah peristiwa tanggal 30 September 1965. Konon, ini adalah awal dari Gerakan 30 September (G30SPKI). Oleh pemerintah Indonesia, pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.
Hari itu, enam orang Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh sebagai upaya kudeta. Namun konon berkat kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami kegagalan.
Maka 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa kemunculan peringatan Kesaktian Pancasila disebabkan oleh gagalnya misi kaum Komunis mengganti dasar negara Indonesia. Karena kegagalan itulah selanjutnya Pancasila dianggap sakti, atau justru Pancasila kemudian dibikin sakral dan dianggap sakti.
Pancasila secara de yure dan de facto memang merupakan dasar negara Republik Indonesia resmi. Beberapa dokumen penetapannya ialah :
· Rumusan Pertama : Piagam Jakarta - tanggal 22 Juni 1945
· Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945
· Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949
· Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950
· Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)
Entah secara kebetulan atau tidak, ternyata Pancasila merupakan ajaran moral agama Budha. Dalam sebuah referensi disebutkan bahwa Pancasila merupakan filosofi negara Indonesia yang istilahnya diambil dari bahasa Sansakerta yang berarti lima tingkah laku baik. Pancasila sendiri merupakan ajaran dasar moral agama Budha, dimana ajaran tersebut dianut oleh pengikut Siddharta Gautama
Di Dalam agama Budha, mentaati Pancasila dianggap sebagai sebuah Dharma. Dharma yaitu suatu jalan kehidupan yang berlandaskan kebenaran dalam filsafat agama-agama (seperti kebenaran pluralisme).
Dharma Pancasila sendiri berisi ajaran-ajaran:
1.untuk menghindari pembunuhan (nilai kemanusiaan) guna mencapai samadi.
2.untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan (nilai keadilan) guna mencapai samadi.
3.untuk tidak melakukan perbuatan asusila (berzinah, menggauli suami/istri orang lain, nilai keluarga) guna mencapai samadi.
4.untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar / berbohong, berdusta, fitnah, omong-kosong (nilai kejujuran) guna mencapai samadi.
5.untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan (nilai pembebasan) guna mencapai samadi.
Dalam bahasa Pali, isi Pancasila tersebut disebutkan sebagai berikut:
Bahasa Pāli adalah sebuah bahasa Indo-Arya dan merupakan sebuah bahasa prakerta atau prakrit. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa pengantar Sang Budha saat menerangkan ajarannya. Bahasa yang dipakai dalam kitab suci Tipitaka atau Tripitaka (lih. Wikipedia).
Jadi, secara umum, penulis dapat menarik suatu benang merah dan simpulan bahwa terminology Pancasila lebih tepat dikatakan berasal dan berakar pada ajaran agama Budha bukan pada akar kepribadian bangsa Indonesia secara umum.
Lantas, kenapa Pancasila dianggap SAKTI? Apakah Pancasila merupakan sebuah benda atau wujud atau sesuatu yang dianggap sebagai objek selayaknya Keris yang dilabeli kata SAKTI menjadi KERIS SAKTI?. Dimanakah letak sebenarnya Kesaktian Pancasila itu sementara Pancasila sendiri setuju atau tidak setuju tidak lagi ditaati sebagai sebuah jiwa yang menyatu pada diri bangsa Indonesia. Dimanakah letak Kesaktia Pancasila itu sementara Pancasila sendiri memiliki arti dan makna yang berbeda di setiap rezim yang memimpin negara ini? Lantas, apakah ada perbedaan kesaktian antara Kesaktian Pancasila dengan istilah KERIS SAKTI, KERA SAKTI, PUSAKA SAKTI, BIMA SAKTI, atau SAKTI MANDRAGUNA misalnya? Sekedar info, ternyata terminology kata SAKTI Sakti (kekuatan, kekuasaan atau energi) adalah sebuah konsep ajaran agama Hindu atau perwujudan dari aspek kewanitaan Tuhan (Baca: Dewata).
Sementara itu, lambang burung Garuda yang sering menjadi satu kesatuan frase dengan kata Pancasila menjadi GARUDA PANCASILA ternyata memiliki dasar filosofis tersendiri yang oleh beberapa kalangan disebut berasal dari akar Yahudi.
“Simbol negara “burung Garuda” juga dapat ditelusuri asal-usulnya sebagai simbol Yahudi. Pemilihan simbol “burung Garuda” sendiri sebagai lambang negara adalah sebuah kontroversi karena hanya ditentukan oleh segelintir orang saja tanpa memperhatikan aspirasi mayoritas rakyat Indonesia. “Burung Garuda” memang ada dalam mitologi Hindu yang pernah menjadi agama mayoritas Indonesia di masa lalu, namun pada masa kemerdekaan, Hindu tidak lagi memiliki pengaruh yang signifikan.”
“Agama Islam sendiri sebagai agama mayoritas rakyat Indonesia setelah era Hindu juga tidak mengenal simbol “burung Garuda”. “Burung Garuda” juga tidak pernah benar-benar ada karena hanya sebuah mitos, berbeda dengan burung elang botak yang merupakan binatang asli Amerika. Karena bukan simbol asli bangsa Indonesia maka tidak ada lain simbol “burung Garuda” mengadopsi simbol-simbol kebudayaan asing yang memang memuja-muja simbol “burung mirip Garuda”, yaitu Yahudi yang gerakan Fremasonry-nya sangat berpengaruh sampai saat ini.”
Pengaruh Yahudi di Indonesia itu dimulai pada abad 18 melalui gerakan perkumpulan rahasia Vritmetselarij atau Freemasonry yang berkembang di kalangan elit Indonesia baik di kalangan orang-orang Belanda maupun pribumi: pejabat, bangsawan, pengusaha, ilmuwan, seniman/sastrawan dan kalangan intektual lainnya. Gerakan tersebut selanjutnya berkembang menjadi beberapa cabang seperti Himpunan Theosofi, Moral Rearmemant Movement (MRM) dan Ancient Mystical Organization of Ancient Mystical Organization of Sucen Cruiser (Amorc) dan sebagainya.
Orang-orang yang merancang simbol “burung Garuda” sebagai simbol negara adalah Sultan Hamid II, Ki Hajar Dewantoro dan Muhammad Yamin. Ketiganya adalah pengikut gerakan Vrijmeselarij dan Theosofi. Sedangkan Presiden Soekarno yang menetapkan simbol “burung Garuda” sebagai lambang negara juga berada dalam pengaruh Fremasonry melalui ayahnya yang merupakan anggota Perhimpunan Theosofi Surabaya.
Untuk menguak korelasi simbologi antara Simbol-Simbol Negara RI dengan Yahudi dan Zionisme silakan banyak membaca buku-buku karangan Herry Nurdi (Jejak Freemason & Zionis Di Indonesia, Penerbit Cakrawala); Ridwan Saidi (Fakta dan Data Yahudi di Indonesia), dan Muh Thalib & Irfan S Awwas (Doktrin Zionisme dan Ideologi Pancasila, Penerbit Wihdah Press).
Kesimpulannya, pernyataan mengenai Pancasila dan segenap Lambangnya digali dari prinsip-prinsip luhur bangsa Indonesia ternyata tidak seperti yang diungkapkan dalam buku-buku formal di Toko Buku dan Perpustakaan atau yang pernah diajarkkan guru-guru PMP, P4, dan PPKn di bangku sekolah. Justru banyak budaya-budaya asing dan filosofis agama tertentu yang menjiwainya. Bahkan unsur Yahudi yang merupakan agama yang tidak diakui justru banyak memainkan peran pentingnya.