Jakarta kota yang dulunya
sepi kini menjelma menjadi kota metropolitan yang sangat padat, dari jumlah
penduduk, bangunan, maupun kendaraannya. Sialnya, setiap harinya kota Jakarta
digulati oleh kemacetan kendaraan kendaraan pada titik titik tertentu.
Kendaraan pribadi dari roda dua hingga roda empat serta angkutan umum berebut
jalan untuk melayani kebutuhan perjalanan DKI Jakarta yang mencapai 20,7 juta
perjalanan/hari. Sebagai ibukota pemerintahan dan juga pusat bisnis di
Indonesia, Jakarta memang kota yang diakui dengan kesibukannya.
Penyebab kemacetan di Jakarta antara lain
diakibatkan oleh 3 faktor, diantaranya :
· Pertumbuhan
antara jumlah kendaraan bermotor (8% per tahun) dengan pertumbuhan panjang
jalan (0,01% per tahun)
· Tidak
seimbangnya presentase perbandingan antara jumlah kendaraan umum dengan
kendaraan pribadi (1,2% : 98,8%)
· Kurang
optimalnya penggunaan infrastruktur jalan yang disebabkan adanya jalan yang
belum tersambung (missing link).
Kemacetan di Jakarta bila
dikalkulasikan berdasarkan pemakaian BBM, operasional kendaraan, nilai waktu,
nilai ekonomi, dan pencemaran, menelan biaya sekitar Rp46 triliun per tahun.
PERTUMBUHAN
KENDARAAN TIDAK SEIMBANG DENGAN RUAS JALAN
Pertambahan jumlah
kendaraan yang semakin terus meningkat di Jakarta dirasa kurang seimbang dengan
ruas jalan yang ada di Jakarta. Dimana kendaraan bertambah sesuai deret ukur
sementara ruas jalan bertambah menurut deret hitung. Jakarta hingga saat ini
hanya memiliki jalan dengan total panjang mencapai 6.549km dengan luas 42.3 km2
(6,4% dari luas wilayah DKI Jakarta).
Sementara jumlah total kendaraan bermotor mencapai
7,3 juta. Jumlah tersebut 98,8% (7,25 juta) merupakan kendaraan pribadi dan
1,2% (89 ribu) adalah angkutan umum. Selain itu setiap harinya Jakarta juga
dibanjiri kendaraan rata-rata 1.284 ,yang terdiri 1.068 kendaraan roda dua dan
216 kendaraan roda empat.
Laju pertambahan kendaraan yang mencapai 8% sangat
tidak seimbang dengan laju pertambahan ruas jalan yang hanya 0,01%. Pertambahan
kendaraan yang tidak terkendali membuat ruang gerak dijalan semakin sempit.
Bayangkan, ada 7,3 juta kendaraan di jalan seluas 42,3 km2 , jika
kondisi ini tidak diantisipasi Jakarta akan macet total di tahun 2014 karena
jumlah kendaraan akan lebih besar dari luas jalan. Dan antisipasi yang harus
dilakukan adalah megurangi jumlah pemakaian kendaraan pribadi.
ALIH FUNGSI
RUAS JALAN :
Dari Parkir
Hingga Pedagang Kaki Lima Menyebabkan Ruas Jalan Menyempit dan Tidak Optimal
Laju pertambahan kendaraan
yang terlalu besar dan tidak diiringi dengan penambahan ruas jalan menimbulkan
masalah baru, yaitu ketersediaan lahan parkir. Fasilitas parkir baik di gedung
perkantoran, atau gedung parkir mulai kelebihan kapasitas. Karena tidak ada
tempat lagi, badan jalan pun dijadikan tempat parkir. Kondisi ini kian
diperparah oleh pedagang kaki lima yang sering kali kita temui berjualan di
ruas jalan. Bahkan beberapa ruas jalan terutama yang dekat dengan pemukiman
penduduk berubah menjadi pasar tumpah. Ruas jalan yang menyempit membuat fungsi
jalan menjadi tidak efektif dan berujung dengan kemacetan. Akibatnya jalan yang
berfungsi sebagai sarana transportasi berkendara tidak tertata apik.
ANGKUTAN UMUM
SEBAGAI TULANG PUNGGUNG TRANSPORTASI BELUM OPTIMAL
Pertumbuhan ekonomi kota
Jakarta menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat di luar Jakarta. Bagi mereka
Jakarta adalah kota untuk bekerja, mengadu nasib, bahkan mewujudkan impiannya.
Tak heran bila jumlah komuter terus bertambah setiap tahunnya. Sebagaimana
telah disinggung sebelumnya, kendaraan umum di Jakarta jumlahnya hanya
mencapai89 ribu. Jumlah yang sangat sedikit ini (1,2% dari jumlah kendaraan di
Jakarta) harus melayani 56% perjalanan atau sekitar 8,6 juta orang. Bandingkan
dengan 7,25 juta kendaraan pribadi (98,8% dari jumlah kendaraan di Jakarta)
yang hanya melayani 6,73 juta orang (44%).presentase perbandingan antara jumlah
kendaraan umum dan kendaraan pribadi (1,2% : 98,8%) yang tidak seimbang ini
membuat kendaraan umum sebagai tulang punggung transportasi belum optimal.
Terbatasnya unit kendaraan dan ketidak pastian jadwal menjadi lasasn bagi
sebagian warga yang beraktifitas di jakrta untuk tidak menggunakan kendaraan
umum. Belum lagi kondisi jalan yang kurang terintegrasi mendatangkan kesulitan
saat harus berganti kendaraan.
Dan semoga ini semua dapat dijadikan bahan pertimbangan pemerintah agar kota Jakarta kita dapat terbebas dari kemacetan yang membuat setiap orang jengah dan penat...
Sumber : buku Jakarta kita