Wellcome to my_blog


^_^ IRFAN NUR AKBAR & MARTIANA RAHADHI PUTRI ^_^

Sabtu, 07 Januari 2012

KENAPA MACET?


  KENAPA MACET?

Jakarta kota yang dulunya sepi kini menjelma menjadi kota metropolitan yang sangat padat, dari jumlah penduduk, bangunan, maupun kendaraannya. Sialnya, setiap harinya kota Jakarta digulati oleh kemacetan kendaraan kendaraan pada titik titik tertentu. Kendaraan pribadi dari roda dua hingga roda empat serta angkutan umum berebut jalan untuk melayani kebutuhan perjalanan DKI Jakarta yang mencapai 20,7 juta perjalanan/hari. Sebagai ibukota pemerintahan dan juga pusat bisnis di Indonesia, Jakarta memang kota yang diakui dengan kesibukannya.
Penyebab kemacetan di Jakarta antara lain diakibatkan oleh 3 faktor, diantaranya :
·  Pertumbuhan antara jumlah kendaraan bermotor (8% per tahun) dengan pertumbuhan panjang jalan (0,01% per tahun)
·  Tidak seimbangnya presentase perbandingan antara jumlah kendaraan umum dengan kendaraan pribadi (1,2% : 98,8%)
·  Kurang optimalnya penggunaan infrastruktur jalan yang disebabkan adanya jalan yang belum tersambung (missing link).
Kemacetan di Jakarta bila dikalkulasikan berdasarkan pemakaian BBM, operasional kendaraan, nilai waktu, nilai ekonomi, dan pencemaran, menelan biaya sekitar Rp46 triliun per tahun.


PERTUMBUHAN KENDARAAN TIDAK SEIMBANG DENGAN RUAS JALAN
Pertambahan jumlah kendaraan yang semakin terus meningkat di Jakarta dirasa kurang seimbang dengan ruas jalan yang ada di Jakarta. Dimana kendaraan bertambah sesuai deret ukur sementara ruas jalan bertambah menurut deret hitung. Jakarta hingga saat ini hanya memiliki jalan dengan total panjang mencapai 6.549km dengan luas 42.3 km2 (6,4% dari luas wilayah DKI Jakarta).
Sementara jumlah total kendaraan bermotor mencapai 7,3 juta. Jumlah tersebut 98,8% (7,25 juta) merupakan kendaraan pribadi dan 1,2% (89 ribu) adalah angkutan umum. Selain itu setiap harinya Jakarta juga dibanjiri kendaraan rata-rata 1.284 ,yang terdiri 1.068 kendaraan roda dua dan 216 kendaraan roda empat.
Laju pertambahan kendaraan yang mencapai 8% sangat tidak seimbang dengan laju pertambahan ruas jalan yang hanya 0,01%. Pertambahan kendaraan yang tidak terkendali membuat ruang gerak dijalan semakin sempit. Bayangkan, ada 7,3 juta kendaraan di jalan seluas 42,3 km2 , jika kondisi ini tidak diantisipasi Jakarta akan macet total di tahun 2014 karena jumlah kendaraan akan lebih besar dari luas jalan. Dan antisipasi yang harus dilakukan adalah megurangi jumlah pemakaian kendaraan pribadi.


ALIH FUNGSI RUAS JALAN :
Dari Parkir Hingga Pedagang Kaki Lima Menyebabkan Ruas Jalan Menyempit dan Tidak Optimal
Laju pertambahan kendaraan yang terlalu besar dan tidak diiringi dengan penambahan ruas jalan menimbulkan masalah baru, yaitu ketersediaan lahan parkir. Fasilitas parkir baik di gedung perkantoran, atau gedung parkir mulai kelebihan kapasitas. Karena tidak ada tempat lagi, badan jalan pun dijadikan tempat parkir. Kondisi ini kian diperparah oleh pedagang kaki lima yang sering kali kita temui berjualan di ruas jalan. Bahkan beberapa ruas jalan terutama yang dekat dengan pemukiman penduduk berubah menjadi pasar tumpah. Ruas jalan yang menyempit membuat fungsi jalan menjadi tidak efektif dan berujung dengan kemacetan. Akibatnya jalan yang berfungsi sebagai sarana transportasi berkendara tidak tertata apik.


ANGKUTAN UMUM SEBAGAI TULANG PUNGGUNG TRANSPORTASI BELUM OPTIMAL
Pertumbuhan ekonomi kota Jakarta menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat di luar Jakarta. Bagi mereka Jakarta adalah kota untuk bekerja, mengadu nasib, bahkan mewujudkan impiannya. Tak heran bila jumlah komuter terus bertambah setiap tahunnya. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, kendaraan umum di Jakarta jumlahnya hanya mencapai89 ribu. Jumlah yang sangat sedikit ini (1,2% dari jumlah kendaraan di Jakarta) harus melayani 56% perjalanan atau sekitar 8,6 juta orang. Bandingkan dengan 7,25 juta kendaraan pribadi (98,8% dari jumlah kendaraan di Jakarta) yang hanya melayani 6,73 juta orang (44%).presentase perbandingan antara jumlah kendaraan umum dan kendaraan pribadi (1,2% : 98,8%) yang tidak seimbang ini membuat kendaraan umum sebagai tulang punggung transportasi belum optimal. Terbatasnya unit kendaraan dan ketidak pastian jadwal menjadi lasasn bagi sebagian warga yang beraktifitas di jakrta untuk tidak menggunakan kendaraan umum. Belum lagi kondisi jalan yang kurang terintegrasi mendatangkan kesulitan saat harus berganti kendaraan.
 Dan semoga ini semua dapat dijadikan bahan pertimbangan pemerintah agar kota Jakarta kita dapat terbebas dari kemacetan yang membuat setiap orang jengah dan penat...
Sumber : buku Jakarta kita